English Dutch French Arabic Korean Japanese Chinese

Senin, 08 Oktober 2012

Ribuan Penggemar Musik Rock Padati Gasibu

BANDUNG -  Lapangan Gasibu, Kota Bandung, pada Sabtu (1/9) malam berubah menjadi lautan manusia. Dari 2.000 tiket yang disebar secara gratis, penonton yang datang diprediksi jauh melebihi jumlah tersebut. Di sekitar lapangan Gasibu, kerumunan penonton yang tidak kebagian tiket pun terlihat menyebar di mana-mana.

Animo penonton yang begitu besar itu disebabkan oleh hajatan bertajuk “MTV Exit" (End Exploitation and Trafficking) yang menghadirkan sejumlah musisi kondang, termasuk band indie rock asal Australia, Expatriate. Terselenggara berkat kerja sama Global TV, USAID, AusAID, Walk Free, dan 10 negara anggota ASEAN, MTV Exit bukan sekadar penyelenggaraan konser musik tetapi juga menyertakan misi penghentian segala bentuk perbudakan dan perdagangan manusia.

Ditandai dengan penampilan band indie lokal Mr Sonjaya, parade hiburan “MTV Exit” dimulai sejak sore. Sebelum langit berubah gelap, Spaker First dan Glory of Love menjadi magnet bagi penonton untuk mulai mendatangi dan memenuhi area. Baru setelah itu, Rosemary memanaskan suasana melalui beberapa nomor unggulan mereka. Dari empat lagu yang dibawakan band skate punk ini, lagu pamungkas “Punk Rock Show” menjadi lagu yang paling merangsang penonton untuk bernyanyi dan berjoget secara atraktif.

Keriuhan penonton sempat berjeda tatkala Expatriate tampil dan menguasai panggung. Band yang diperkuat oleh Ben King (vokal, gitar), Cristo (drum), Damian Press (gitar), dan Dave Molland (bas) ini memang belum begitu dikenal oleh publik setempat. Selain itu, sang vokalis tampak kurang piawai saat mengajak penonton berinteraksi. Ben King hanya berulang-ulang mengucap terima kasih kepada penonton.

Rampung mengenalkan empat lagu, penampilan Expatriate mulai mendapat sambutan ketika Global TV menayangkan secara langsung ajang “MTV Exit”. Dua lagu yang disuguhkan oleh band yang konsisten dalam mengampanyekan antiperbudakan modern ini mampu menghidupkan kembali antusiasme penonton yang sempat meredup. The Changcuters, D'Masiv, Pas Band, Bondan feat. Fade 2 Black, Kikan dan Winner kemudian silih berganti menghibur penonton.

Mengenakan setelan jas coklat dan dipadukan dengan celana hitam, The Changcuters mengawali aksi mereka dengan lagu “Param Pam Pam”. The Changcuters selanjutnya berganti busana saat membawakan lagu “Hap Tangkap”. Kali ini, Tria (vokal), Qibil (gitar), Alda (gitar), Dipa (bass), dan Erick (drum) memakai polo shirt ungu dan celana putih. Kostum itu sesuai dengan warna dominan salah satu operator komunikasi yang selalu menyertakan lagu “Hap Tangkap” di setiap iklannya.

Kendati The Changcuters, D'Masiv, Bondan feat. Fade 2 Black, Kikan dan Winner mendapat apresiasi hangat dari para penonton, namun bintang yang bersinar paling terang pada malam tersebut ialah Pas Band. Yukie (vokal), Bengbeng (gitar), Trisno (bas), dan Shandy (drum) menjadi sosok yang paling ditunggu-tunggu kehadirannya.

Hal tersebut terbukti ketika band yang mengibarkan musik rock, metal, dan punk ini mulai menunjukan taringnya melalui tembang “Kesepian Kita”. Kor masal dilakukan oleh ribuan penonton ketika Yukie melepaskan mik dari mulutnya. Para penonton langsung bernyanyi dan meneriakan refrain lagu tersebut. “Hidup ini hanya kepingan, yang terasing di lautan… Memaksa kita memendam kepedihan…”

Bukan hanya di nomor yang aslinya dibawakan bersama Tere itu saja Pas Band tampil spektakuler, namun juga ketika membawakan lagu “Jengah” dan “Impresi”. Main di kandang sendiri, band yang dianggap sebagai salah satu pelopor band indie tanah air ini menjadi pencuri perhatian penonton yang paling lihai.

Di luar penampilan para musisi, beberapa tokoh menunjukan dukungan mereka dalam upaya penghentian perbudakan dan perdagangan manusia. Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan, Menteri Koordinator dan Kesejahteraan Rakyat Agung Laksono, Duta Besar (Dubes) Amerika Serikat (AS) untuk Indonesia Scot Marciel, Dubes AS untuk Asean David Carden, dan sejumlah tamu undangan yang lain memiliki visi yang sama dengan sejumlah sukarelawan dari negara-negara Asean serta beberapa komunitas di Bandung yang terlibat dalam upaya menghentikan perbudakan dan perdagangan manusia.

Di sela-sela permainan musik para artis, Daniel Mananta dan Milane Fernanedz yang bertindak sebagai pemandu acara berulang-ulang mengajak penonton menyaksikan cuplikan video dokumenter yang memperlihatkan pengakuan salah seorang korban perdagangan manusia.

“Sebelum ke sini, saya baru saja membaca sebuah koran, seorang gadis berumur tujuh tahun telah menjadi korban perdagangan manusia. Anak ini sangat beruntung karena orang yang membelinya telah membebaskannya. Seseorang yang berhati baik telah menyelamatkan seorang gadis. Tetapi satu orang saja tidak cukup, perdagangan manusia harus dihentikan dengan dukungan kita semua,” kata David Carden ketika berada di atas panggung. (pro)
Bagikan :

Baca Juga:

Indeks Berita


Nasional


Wisata

Opini

Sosok

 
Bandung Raya Online Copyright © 2012 Allright Reserve - Pengelola: Bandung Media Citra (BMC).